Kadin Jatim Pacu Kualitas Lulusan SMK Se-Malang Raya

SURABAYA – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur di bawah kepemimpinan H. La Nyalla Mahmud Mattalitti terus memacu kualitas lulusan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) se-Malang Raya lewat upaya mendorong penerapan pendidikan dual system atau sistem ganda. Bersama IHK-Trier Jerman, Kadin Jatim melakukan sosialisasi dan pelatihan pendidikan sistem ganda di Universitas Merdeka Malang, Selasa (2/10/2018).

Hadir dalam kesempatan itu Ketua Badan Koordinasi Sertifikasi Profesi (BKSP) Jatim Adik Dwi Putranto yang juga wakil ketua jmum Kadin Jatim Bidang Agrobisnis, Andreas Gosche dari IHK – Trier Jerman, Dekan Fakultas Teknik Universitas Merdeka Malang, Agus Zulkarnain Arif.

Sosialisasi dan pelatihan diikuti oleh SMK, Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS), perusahaan di industri jasa serta industri agribisnis, Disnakertrans, Dinas Pendidikan, Disperindag, serta beberapa BUMN.

Adik mengatakan, perkembangan industri agribisnis di Malang dan Batu beberapa tahun terakhir ini cukup pesat. Pesatnya pertumbuhan tersebut harus dibarengi dengan kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) di Malang Raya melalui penyelarasan pendidikan dengan dunia usaha dan industri.

“Bagaimana caranya kita bersama-sama dunia industri dan dunia pendidikan dapat bersinergi untuk meningkatkan dan mengembangkan industri yang berbasis potensi agribisnis di bidang pertanian, peternakan, perkebunan dan perikanan serta pariwisata,” tegas Adik.

“Itulah yang dinamakan agro-tourism, yaitu memadukan pariwisata dan agribisnis. Kadin Jatim berkepentingan meningkatkan kualitas para lulusan SMK agar generasi muda di Malang Raya bisa terlibat langsung dalam ekonomi daerah yang sedang berkembang, sehingga tidak hanya jadi penonton,” imbuh Adik yang merupakan pengusaha pupuk organik.

Lulusan SMK menjadi fokus untuk mendorong mereka agar bisa menjadi wirausahawan. Sebab, berdasarkan data BPS per Februari 2017, tingkat pengangguran terbuka berdasarkan pendidikan tertinggi adalah lulusan SMK dengan kontribusi sekitar 9,27 persen dan SMA sebesar 7,03 persen. Selanjutnya Diploma I/II/III 6,35 persen, SMP 5,36 persen, PT 4,58 persen dan SD 3,54 persen.‎

“Jadi kalau melihat data tersebut, tingkat pengangguran tertinggi adalah SMK, SMA, dan diploma. Hal ini aneh kenapa lulusan SMK malah banyak menganggur. Padahal mereka disiapkan untuk langsung kerja,” tegasnya.

Atas keprihatinan itulah, Kadin Jatim, BKSP Jatim, dan IHK-Trier Jerman bersama-sama menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni, terampil dan ahli agar mampu mengelola berbagai potensi di daerahnya masing-masing.

“Diperlukan sinergi antara dunia pendidikan perguruan tinggi, SMK, dunia usaha khususnya bidang industri. Dan pelatihan pelatih tempat kerja ini dimaksudkan untuk menyiapkan salah satu prasyarat penyelenggaraan pendidikan vokasi di Indonesia, guna mewujudkan SDM tenaga kerja yang unggul sesuai kebutuhan industri/ dunia kerja,” ujar Adik.

Pendidikan vokasi diadopsi dari Jerman, karena Jerman merupakan negara industri yang berhasil menerapkan pendidikan vokasi dual-system. IHK-Trier Jerman diberikan kesempatan sepenuhnya oleh pemerintah Jerman untuk mengelola pendidikan vokasi mulai dari regulasi hingga implementasinya di dunia kerja/industri. Dukungan regulasi, perencanaan yang baik, dukungan dunia kerja/ industri dan sistem kendali mutu yang ketat menjadi kunci keberhasilan Jerman dalam menerapkan pendidikan vokasi di negaranya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *