Lapas Nunukan Sulap Sarana Edukasi dan Asimilasi Jadi Argo Wisata

NUNUKAN – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Nunukan adalah sebuah Lapas yang letak di kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Utara, perbatasan antara Indonesia dan Malaysia.

Penduduk Kabupaten Nunukan sangat beragam etnis mulai dari suku Dayak, Bugis, Jawa, Sumatera dan suku-suku lainya.

Demikian juga dengan warga binaan pemasyarakatan (WBP) yang ada di Lapas Nunukan sangat beragam baik etnis maupun agama. Bahkan Warga Negara Asing (WNA) pun banyak menghuni Lapas Nunukan dengan luas area sekitar 3,4 hektar yang terdiri dari bangunan dan halaman.

Disamping luas area bangunan lapas, terdapat juga tanah seluas 6.6 hektar tanah milik lapas dan 10 hektar tanah milik Pemkab yang di pinjam pakaikan dari Pemkab Nunukan ke Lapas Nunukan.

Dari luas sekitar 16,6 hektar tersebut, Lapas Nunukan menjadikan sebagai Sarana Edukasi dan Asimilas (SAE) yang di beri nama SAE Lanuka.

Kalapas Nunukan, I Wayan Nurasta Wibawa mengatakan bahwa, SAE Lanuka berfungsi sebagai tempat untuk memberikan pendidikan/ pelatihan bagi warga binaan yang menjelang bebas atau disebut masa Asimilasi.

Di SAE Lanuka WBP yang sedang menjalasi Asimilasi akan di bina dan di latih dengan berbagai pelatihan kemandirian seperti berkebun, berternak, bertani dan kegiatan lain yang nantinya di harapkan dapat menjadi bekal bagi para WBP setelah bebas.

“Sampai saat ini, WBP di latih dan dibekali ilmu tentang cara- cara bercocok tanam dan merawat tanaman sampai memanennya. Terdapat perkebunan sawit, aren, mangga, dan jenis tanaman lainya,” kata Wayan, Selasa (7/6).

Beberapa hari yang lalu, Wayan beserta jajarannya sudah melakukan penanaman bibit jagung di sekitar 2 hektar lahan di SAE Lanuka.

Di bidang pertanian terdapat berbagai jenis sayuran kangkung, kacang panjang, pisang yang menjadi komoditi SAE Lanuka.

SAE Lanuka memiliki area perbukitan yang sangat indah, dari atas puncak bukit kita bisa memandang luasnya hamparan Pulau Nunukan dan Sebatik dengan pemandangan laut yang indah. Kondisi alam yang indah ini menjadikan SAE Lanuka sangat bagus untuk pengembangan agro Wisata alam.

“Potensi yang ada tersebut kita manfaatkan untuk menata bukit menjadi tempat wisata, dan hal ini sangat baik bagi Lapas Nunukan untuk memberikan pelatihan kepada wargabinaan di bidang wisata,” ujar Wayan.

Wayan yang merupakan putra kelahiran Gianyar Bali ini mencoba untuk menata SAE Lanuka dengan konsep wisata berbasis kearifan lokal yaitu kalimantan.

Di puncak bukit dengan ketinggian sekitar 300 meter tersebut di bangun sebuah tugu terdapat 3 buat tugu yaitu Mandau, Tombak dan Tameng yang ketiga tugu tersebut adalah melambangkan budaya Kalimantan. Selanjutnya tugu tersebut di beri nama TUGU MANDAU.

“Tugu mandau sendiri di buat dengan tinggi 12 meter sehingga akan kelihatan dari beberapa titik di wilayah Nunukan,” ungkap Alumni AKIP 34 itu.

Wayan berharap, selain sebagai tempat wisata dan membina warga binaan yang menjalani masa Asimilasi, SAE Lanuka juga menyampaikan pesan kepada masyarakat bahwa betapa pentingnya kita mencintai budaya bangsa sendiri dalam hal ini budaya masyarakat Kalimantan.

“Saya rasa disanalah letak Edukasi yang kita lakukan kepada warga binaan dan maayarakat,” tutur Wayan.

SAE Lanuka sendiri akan di buka untuk masyarakat umum. Selain Tugu mandau, masyarakat akan di manjakan dengan relief sejarah kepenjaraan, dari zaman dulu sampai sekarang (Kepenjaraan- Pemasyarakatan).

Masyarakat akan di suguhkan perkembangan penghukuman dari zaman belanda – sekarang. Tentu sangat menarik bukan? Ditambah dengan ornamen-ornamen kalimantan seperti patung orang dayak dan lain-lain.

“Tentu hal ini merupakan dukungan dari pimpinan Kantor Wilayah, bapak Kakanwil dan bapak kepala Divisi Pemasyarakatan yang selalu memberikan arahan dan petunjuk untuk perkembangan SAE Lanuka,” ucap Wayan.

Dia juga menambahkan bahwa, dukungan dari Pemkab Nunukan juga sangat besar yang kami rasakan sehingga perkembangan SAE LANUKA semakin hari semakin baik.

“Kami berharap SAE Lanuka menjadi sarana edukasi yang tepat sasaran dan menjadi tempat Asimilasi yang berkualitas,” pungkasnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *